Unbelievably Blessed

Monday, November 06, 2006

Bukan putri solo lagi

Dulu Amanda imut...
Lemah lembut...
Banyak yang bilang bagaikan putri solo.

Sekarang?
:)

Dia lebih berani, aktif,
in short-pecicilan

Maka rasanya nggak berlebihan kalo yangkung menjulukinya "KONYIL" :)
Hahaha...

Saya sih santai aja.
katanya jangan kasih label pada anak
katanya jangan diperlakukan dengan label tertentu

Aaah...... kan ngasih label-nya pake cintaaaaa :)
Insya Allah nggakpapa.
Lagian buat lucu2an, nggak kebawa sampe gedhe

Ini nih si konyil-nya mama and ayah ......

"Nggak kerja ya?"

Hari ini saya 'ngider' di sekolah Amanda lagi.
Jam 10 pagi akhirnya saya dan beberapa teman pergi ke mal untuk mencari kado bagi guru Amanda yang minggu depan akan berulang tahun.
Ngobrolpun ngalor ngidul dengan beberapa teman saya itu

Sampai 1 diantara teman saya bertanya : "Elo pernah nggak nyesel udah berhenti kerja?"
"Nggak pernah, Alhamdulillah", begitu jawab saya.
"Seneng ya begini?", tanyanya lagi.
"Iya, jauh lebih enak. Satu-satunya yang bikin agak kurang nyaman ya...respons dari beberapa orang yang kayaknya gimaanaa gitu dengan ibu2 yang nggak kerja kayak gue ini"

Pikiran saya melayang ke beberapa waktu yang lalu saat saya dan ibu mertua saya ke rs. persahabatan untuk periksa kulit (saya ikutan kesana demi menghilangkan komedo black head yang rese nggak mau pergi dengan produk andalan yang selama ini saya pakai-red).

Sebagai seorang dokter kecantikan, rasanya caranya meladeni saya kok kurang bersahabat ya. Padahal sumpah deeeh... saya nggak rese! :) Saya biasa aja, bahkan cenderung diam menunggu giliran setelah dia selesai dengan ibu mertua saya.
Saya sempat mbatin "Is this just me, or...is it true bahwa dia memandang saya dengan sebelah mata?"

Tapi akhirnya saya tetep biasa aja sampai tibalah pertanyaan keramat dia :
Dokter X : "Nggak kerja hari ini Met?" (sumpah deh...rasanya kok nadanya agak gimanaaaa gitu!)

Saya : Senyum-senyum gak nggenah dengan sedikit dipaksain sampe rasanya pegeeel tuh rahang "Oh...enggak"
Dokter X : "Oh, nggak kerja ya?"
Saya : "Kerjaan saya freelance, nggak setiap hari"
Dokter : "Oh, apa? guru bahasa inggris?" (sumpah! rasanya saya sempat nangkep nada yang agak2 nggak sopan dan gimanaaa gitu!)
Saya : "Bukan, saya..mm... gimana ya jelasinnya? Asesor buat human resource gitu deh"
Sumpah lagi, rasanya kok tatapan dia juga agak gimanaa gitu.
Ibu mertua : "Dia baru resign. Dulu di Astra. Dia psikolog"
Saya mbatin "Duh...Ma, sudahlah...tidak usah membela saya. Biarin aja. Tapi sempet geli juga mau ngomong : blom psikolog lagi ma... :) But thanks anyway...hehe"

Its just me, atau ibu mertua saya sedang berusaha membantu dan membela saya ya?

Yah....sudahlah.
Mungkin saya salah.
Mungkin dia tidak bermaksud apa-apa

Saya memang mendapat kesan kalau dia sangat ramaaah dan baikkk pada ibu mertua saya (yang sudah langganan dia), tapi agak gimanaaa gitu sama saya.
Saya sempat cerita ke suami, kok rasanya saya nggak dianggep banget.
Dia tahu asal keluarga suami saya.
Dia tahu betul...siapa sih keluarga suami saya.
Sementara....... siapalah saya.

Dulu, saat saya masih bekerja, saya mendapatkan pengakuan itu.
Look at me, saya nggak asal nebeng lho.... :)
Tapi kan takdir berkata lain yaaa?
Dan keputusan sudah saya ambil.

Bener deh.
Saya mendingan mendapatkan perlakuan seperti ini dari orang2, ketimbang menyesali mengapa saya harus meninggalkan anak setiap harinya di kantor.
Di kantor, seringkali saya tersiksa.
Memikirkan Amanda yang harus saya tinggal setiap paginya dengan sangaaat terpaksa.

Ya sudah.
Setiap pilihan memang ada konsekwensinya.
Dan mungkin, di balik kesempurnaan dan kebahagiaan hidup saya sekarang ini, judgement dari orang lain seperti yang saya alami tempo hari, adalah bagian lain yang harus saya jalani.

Its a package. Dua sisi mata uang.

Ya sudah. Tidak apa-apa.