Hanya Tergantunglah Pada Gusti Allah
Beberapa hari kebelakang, saya sedang dipusingkan dengan ulah suami pengasuh anak saya
Tidak langsung ke saya sihh... tapi ke mbak yem (ya..itu nama pengasuh anak saya)
Saya sayang sama dia karena dia banyak jasanya
Dari awal buah hati saya lahir, saat saya lagi moody karena kena 'baby blues' dia yang dengan sabar menimang dan membantu saya dan mama saya
Salah satunya karena dia juga saya jadi bisa tenang bekerja saat masih jadi full time working mom
Sejak dulu, memang suaminya sudah sering merongrong kocek mbak yem
Meninggalkannya dengan dalih ditempatkan jadi guru di luar pulau jawa
Namun gajinya tidak pernah ada
Bahkan setiap datang, selalu meminta uang
Saat itu saya memilih menutup mata karena tidak ingin mencampuri urusan keluarganya
2 bulan lalu, ia menjemput yem untuk pulang kampung for good
Menurutnya SK penempatan kerja di pulau jawanya akan segera didapat
Mereka ingin menata hidup di Ngawi Jawa Timur
Saya harus mengijinkan ia pergi
Kasihan anaknya di kampung yang sudah berumur 8 tahun, pasti rindu mak-nya
Perasaan saya mengatakan ada yang nggak beres, tapi saya nggak punya daya
Ia memilih untuk percaya pada suaminya
1 bulan berselang, ia menelfon saya dari kampung
Dan saya dengar isak tangisnya di telefon, mengatakan bahwa suaminya pergi namun tidak jelas nasib keluarganya
SK yang dijanjikanpun belum ditangan
Uang yang selama ini diberikan untuk mengurus SK, ternyata belum membuahkan hasil
Padahal itu uang hasil kerja keras Yem..
Oalah mbak....
2 hari kemudian dia menelfon dan mengatakan bahwa ia ada di jakarta
Saya menerimanya kembali (btw, rumah saya jadi kaya sarang TKI! :) hehe...)
Nah, kembali pada kini...
Beberapa hari yang lalu Yem menangis mengatakan bahwa suaminya kabur dari tempat kerjanya karena ada perempuan yang mengejar ngejar dia.
SK juga belum ditangan, karena perempuan itu menolak memberikan SK kecuali dia mengawininya
Sekarang suaminya ada di Jakarta juga dan menjadi buruh bangunan
Gusti Allah.... mungkinkah pikiran saya benar?
Apa iya...?
Oh seandainya benar, kasihan benar nasib mbak Yem...?
Kemarin saya memanggilnya ke kamar saya
Saya bicara perlahan, dan menjelaskan kepadanya bahwa dia harus mengikhlaskan keadaan
Jangan berharap banyak pada manusia
Karena manusia adalah sumbernya kesalahan
"Suamimu juga hanya manusia mbak... jangan kau dewa-dewakan dia"
"Menganggapnya tidak pernah salah"
"Karena yang tidak pernah salah itu ya hanya Gusti Allah"
Iya.... benar (dlam hati saya juga membenarkan ucapan saya sendiri)
Jangan berharap pada manusia,
Jangan bergantung pada manusia,
Hanya kepada Allah..
Ayah, saya bergantung padamu. U have my heart and soul. I'm giving them all to you.Tapi bener kan ya? Saya seharusnya hanya bergantung pada Allah.
Susah ya ayah......?
Tidak langsung ke saya sihh... tapi ke mbak yem (ya..itu nama pengasuh anak saya)
Saya sayang sama dia karena dia banyak jasanya
Dari awal buah hati saya lahir, saat saya lagi moody karena kena 'baby blues' dia yang dengan sabar menimang dan membantu saya dan mama saya
Salah satunya karena dia juga saya jadi bisa tenang bekerja saat masih jadi full time working mom
Sejak dulu, memang suaminya sudah sering merongrong kocek mbak yem
Meninggalkannya dengan dalih ditempatkan jadi guru di luar pulau jawa
Namun gajinya tidak pernah ada
Bahkan setiap datang, selalu meminta uang
Saat itu saya memilih menutup mata karena tidak ingin mencampuri urusan keluarganya
2 bulan lalu, ia menjemput yem untuk pulang kampung for good
Menurutnya SK penempatan kerja di pulau jawanya akan segera didapat
Mereka ingin menata hidup di Ngawi Jawa Timur
Saya harus mengijinkan ia pergi
Kasihan anaknya di kampung yang sudah berumur 8 tahun, pasti rindu mak-nya
Perasaan saya mengatakan ada yang nggak beres, tapi saya nggak punya daya
Ia memilih untuk percaya pada suaminya
1 bulan berselang, ia menelfon saya dari kampung
Dan saya dengar isak tangisnya di telefon, mengatakan bahwa suaminya pergi namun tidak jelas nasib keluarganya
SK yang dijanjikanpun belum ditangan
Uang yang selama ini diberikan untuk mengurus SK, ternyata belum membuahkan hasil
Padahal itu uang hasil kerja keras Yem..
Oalah mbak....
2 hari kemudian dia menelfon dan mengatakan bahwa ia ada di jakarta
Saya menerimanya kembali (btw, rumah saya jadi kaya sarang TKI! :) hehe...)
Nah, kembali pada kini...
Beberapa hari yang lalu Yem menangis mengatakan bahwa suaminya kabur dari tempat kerjanya karena ada perempuan yang mengejar ngejar dia.
SK juga belum ditangan, karena perempuan itu menolak memberikan SK kecuali dia mengawininya
Sekarang suaminya ada di Jakarta juga dan menjadi buruh bangunan
Gusti Allah.... mungkinkah pikiran saya benar?
Apa iya...?
Oh seandainya benar, kasihan benar nasib mbak Yem...?
Kemarin saya memanggilnya ke kamar saya
Saya bicara perlahan, dan menjelaskan kepadanya bahwa dia harus mengikhlaskan keadaan
Jangan berharap banyak pada manusia
Karena manusia adalah sumbernya kesalahan
"Suamimu juga hanya manusia mbak... jangan kau dewa-dewakan dia"
"Menganggapnya tidak pernah salah"
"Karena yang tidak pernah salah itu ya hanya Gusti Allah"
Iya.... benar (dlam hati saya juga membenarkan ucapan saya sendiri)
Jangan berharap pada manusia,
Jangan bergantung pada manusia,
Hanya kepada Allah..
Ayah, saya bergantung padamu. U have my heart and soul. I'm giving them all to you.Tapi bener kan ya? Saya seharusnya hanya bergantung pada Allah.
Susah ya ayah......?
0 Comments:
Post a Comment
<< Home